5 Fakta Kota Amoy Singkawang, Wanita Cantik Bertebaran, Tapi Miris Faktanya!

Ilustrasi

Halo gengs, pernah denger kata amoy tidak gengs? Ya banyak dari kalian mungkin langsung beranggapan negatif setelah mendengarnya, di negri kita ini memang kata amoy itu memiliki stigma yang negatif di masyarakat padahal sebenarnya tidak loh. Amoy itu kata dari bahasa Tionghua yang biasa digunakan untuk memanggil wanita yang masih muda dan belum menikah.

Di Indonesia sendiri ada kota dimana kota itu disebut kota amoy, yaitu di Singkawang. Disana banyak sekali loh gan wanita yang cantik-cantik dan belum menikah! Jadi bagaimana nih gan? Sudah pesan tiket pesawat untuk pergi kesana mencari cinta? Tapi ada 5 fakta tentang wanita amoy di Singkawang ini gan, mari dicek yuk gan!

1. Asal mula kata "Amoy"

Amoy yang berasal dari bahasa dialek Khek yang berarti adik perempuan

Makna dari kata amoy mulai bergeser semenjak banyak sekali wanita-wanita muda yang berketurunan Tionghua yang mau mengorbankan diri untuk dijadikan istri oleh pria dari luar negri, contohnya seperti Taiwan, Hongkong, Makau, Malaysia, Brunei dan lain-lain. Lewat bantuan biro jodoh inilah mereka bisa mendapatkan suami dari luar negri itu walau mereka melakukan hal ini secara terpaksa karena satu hal, yaitu ekonomi. Dengan menikah mereka berharap bisa memperbaiki kesejahteraan hidup mereka baik diri sendiri maupun keluarga.

Kota Singkawang terletak di Kalimantan Barat, Indonesia. Disana sekitar 62% merupakan penduduk yang berketurunan Tionghua. Karena itulah kota Singkawang sering sekali disebut kota amoy. Selain dari kota amoy, kota ini juga sering disebut kota Seribu Kelenteng. Kembali lagi karena mayoritasnya keturunan Tionghua yang beragama Buddha dan Konghucu, maka dari itu kota Singkawang memiliki sangat banyak sekali kuil, salah satu yang terkenal adalah Vihara Tridharma Bumi Raya.

Ketika pemerintah Taiwan mengeluarkan peraturan kalau tentara atau veteran tidak punya keturunan, maka seluruh warisan akan diambil alih oleh pemerintah. Karena tidak rela maka para pria yang masih jomblo ini sampai ke kota Singkawang, alasannya ya karena budaya dan bahasanya banyak kesamaan dengan warga Tionghua di Singkawang.

Namun seiring berjalannya jaman, alasan mencari pendamping hidup di Singkawang sudah bergeser. Tidak dikarenakan warisan lagi tetapi karena sulitnya mencari pasangan di Taiwan bagi para pria pas-pasan. Untuk menikahi wanita perkotaan di Taiwan butuh biaya yang mahal, karena wanita di Taiwan umumnya suka dengan pria yang kaya. Ini juga berlaku di Hongkong dan Makau ya gengs. Mereka memilih wanita kampung yang dianggap tidak memberatkan tetapi penampilan seimbang dengan wanita kota. Alasan inilah kenapa pemesanan istri masih ada di Singkawang sampai sekarang.

2. Pendidikan rata-rata amoy Singkawang

Tukang jamu

Kemiskinan adalah satu faktot akar dibaliknya kata menjual diri, dari faktor ekonomi juga yang menghambat mereka tidak bisa menempuh pendidikan yang tinggi. Selain dari faktor ekonomi ada faktor lain yaitu pola pikir yang ditanamkan oleh masyarakat Tionghua dari dulu dimana para gadis tidak perlu sekolah tinggi karena mau setinggi apapun pendidikannya, ujung-ujungnya hanya masuk dapur dan ngurus anak saja. Padahal pendidikan kan penting banget gengs.

Rata-rata amoy yang dinikahkan dengan pria asing hanyalah tamatan SD atau SMP saja gengs, miris! Tidak sedikit loh dari mereka juga yang buta huruf jadi hanya bisa berbicara saja. Berkat biaya yang mahal itulah mereka tidak melanjutkan pendidikan, tapi mereka memilih bekerja dan mencari uang. Mendapatkan uang dengan cepatlah yang ada di pikiran mereka, ya dengan cara menikahi pria asing walau tidak begitu kenal dengan sang pria ini.

3. Kehidupan ekonomi para amoy

Salah satu amoy Singkawang

Kemampuan ekonomi keluarga dari amoy itu sendiri malah kurang dari rata-rata dimana UMK (Upah Minimum Kota) Singkawang di tahun 2019 sendiri berkisar 2 jutaan saja. Jika kita bandingan dengan kota Jakarta dimana UMK sudah sampai di angka 4 juta maka perbandingan sudah sangat jauh gengs. Padahal kan harga-harga naik terus kenapa gajinya masih rendah ya? Belum lagi barang yang dibawa dari Jawa kesana pasti tidaklah murah karena adanya biaya transportasi.

Mata pencaharian warga disana adalah petani yang menguras banyak tenaga, sayangnya penghasilan dari sektor tersebut tidak cukup untuk membuat warganya sejahtera bahkan masih terbilang miskin. Amoy yang sudah menempuh pendidikan sampai SMK biasanya bekerja sebagai penjaga toko di pusat kota Singkawang atau merantau ke kota lain karena lapangan kerja di Singkawang belum cukup. Warga yang memiliki modal biasanya membuka toko atau rumah makan.

4. Amoy yang sudah menikah nasibnya seperti koin yang dilempar

Lempar koin

Lewat biro jodoh dan hanya bermodalkan melihat foto-foto sang calon suami, hari untuk mempertemukan dengan calon tersebut akan tercipta. Kalau sudah oke misalnya nih, langsung aja deh tuh mengurus surat-surat pernikahan, kemudian langsung saja menyusul sang suami ke negara asal suaminya itu. Ada kemungkinan kehidupan mereka akan berubah total menjadi lebih baik bahkan ada juga yang menjadi lebih parah, seperti halnya koin yang dilempar.

Beberapa ada yang langsung hidup mapan seperti gadis di perkotaan, namun ada juga yang tetap bekerja keras untuk hidup tergantung dari keadaan suaminya itu. Mengirim uang ke keluarganya saja cukup sulit, hanya bisa dilakukan di hari besar contohnya pada saat Imlek, Cengbeng, atau saat hari ulang tahun orang tuanya, berbakti banget kan? Cari amoy gan makanya 😁.

Amoy yang dicari untuk dinikahkan biasanya berumur 17-25 tahun sedangkan si suami ini berumur 30 tahunan padahal aslinya itu sudah berumur diatas 40 tahun. Banyak amoy yang terkena tipu kalau suaminya sebenarnya itu sudah tua malah sudah ada yang menjalani status duda.

5. Amoy bersedia menikah hanya bermodalkan kepercayaan

Wanita keturunan Tionghua

Yap yang ini benar banget gengs, karena si amoy ini tidak terlalu mengenal pihak dari calon suami dan langsung memutuskan untuk menikah. Bahkan ada juga yang hanya kenal dalam seminggu sudah menikah, hebat bukan? Mereka cukup lugu karena tidak memikirkan resiko yang akan mereka hadapi nantinya. Mereka sangat optimis sekali kalau semuanya itu akan baik-baik saja, padahal mereka tidak akan tahu bagaimana nasib mereka nantinya setelah menikah kan?

Desas-desus yang beredar, kalau amoy yang terbang ke negri asal sang suaminya itu tidak sedikit loh yang malah dijadikan budak, diperlakukan secara kasar oleh mertua mereka, lebih sadisnya lagi mereka dijual oleh suaminya sendiri sebagai seorang pelacur! Kasus-kasus ini mencuat, sebagian dari mereka berhasil kabur dan melapor ke kepolisian setempat, lalu dikordinasikan dengan staf KDRI kemudian akan dipulangkan.


Jadi bagaimana? Mau menikahi amoy-amoy cantik di Singkawang ini tidak gengs? Tapi ingat harus ada penghasilan dan bisa bertanggung jawab juga ya gengs. Kalau tidak ya sama saja seperti pria-pria brengsek itu yang tega menjual dan menyiksa mereka. Semoga kedepannya tidak ada lagi kasus yang seperti ini lagi deh gengs.