Memilukan! Kisah Dua Pembelot Korea Utara yang Menjadi Gadis Kamera Seks

Jiyun

Membahas masalah pembelot dari Korea Utara memang gak ada habisnya gengs karena banyak banget yang nekat ngelakuin hal ini.  Meninggalkan negara Korea Utara tanpa izin adalah perbuatan  yang ilegal. Tetap saja gengs banyak yang nekat kabur dengan nyawa taruhannya. Para pembelot ini biasanya lari ke utara dan menyebrang ke negara tetangga yaitu China.

Di China, para pembelot dari negara Korut disebut imigran ilegal lalu dideportasi kembali ke negaranya jika tertangkap oleh pihak yang berwenang. Setelah kembali mereka jelas akan disiksa dan dipenjara karena dianggap sudah berkhianat terhadap tanah airnya sendiri. Mulai dari tahun 1990an dimana kelaparan melanda di seluruh Korea Utara yang mengakibatkan setidaknya satu juta jiwa tewas karena kelaparan, peristiwa ini disebut The Arduous March.

Angka pembelot mulai berkurang semenjak Kim Jong-un berkuasa di tahun 2011. Angka dari pembelot ini turun sekitar dari setengahnya, dikarenakan pejagaan yang sangat ketat di perbatasan serta para perantara yang menaikkan harga mereka. Perantara itu maksudnya orang yang membantu para pembelot ini kabur dari negaranya.

Mira

Mira dan Jiyun adalah pembelot dari negara kediktatoran tersebut, mereka ditipu oleh perdagangan manusia. Setelah mereka melintas ke perbatasan China, orang yang tadinya itu membantu mereka membelot (disebut perantara), eh malah menyerahkan mereka ke operasi kamera seks. Mira mulai membelot pada usia 22 tahun. Dirinya ini lahir di masa kelaparan.

Disana juga ada pasar bawah tanah gengs, lantaran pasar ini juga ikut berkembang (pasar ini biasa disebut Jangmadang), mereka bisa mengakses DVD, kosmetik, pakaian-pakaian perancang (palsu), serta film-film asing. Biasanya itu digunakan untuk membuat orang-orang disana ingin membelot. Film yang diselundupkan itu berasal dari China, dengan memberikan gambaran tentang dunia luar juga bertujuan agar orang-orang disana termotivasi untuk meninggalkan Korea Utara.

Contohnya si Mira ini, dia berkata kalau "Saya benar-benar suka dengan film dari China dan berfikir kalau semua pria dari sana seperti itu. Saya ingin menikah dengan pria asal China dan sudah berfikir untuk meninggalkan Korea Utara untuk beberapa tahun."

Dirinya berkata kalau ia ingin menjadi dokter tapi ayaknya yang seorang mantan prajurit serta anggota partai, membuat cita-citanya itu hanya mimpi belaka saja. Rumah tangganya yang ketat serta kadang dipukuli membuat dirinya frustasi dan bermimpi ingin hidup di China. "Ayahku seorang anggota partai dan itu menyesakkan, dia tidak memperbolehkan saya menonton film asing juga harus bangun dan tidur tepat waktu, saya tidak bisa menjadi diri saya sendiri," ujar Mira.

Ketatnya penjagaan sungai Tumen

Mira sudah berusaha bertahun-tahun hanya untuk mencari seorang perantara yang bisa membawanya kabur dari penjagaan perbatasan. Ikatan keluarga yang dekat pemerintah membuat para perantara segan untuk menolongnya karena khawatir kalau akan dilaporkan ke pihak berwenang. Akhirnya dirinya menemukan seorang perantara selama 4 tahun lamanya. Namun karena masalah harga, Mira tidak bisa membayar perantara tersebut, jadi dirinya setuju untuk dijual untuk melunaskan hutangnya.

Dirinya dijual ke pria Korea-China di kota Yanji yang kemudian dikenalnya sebagai sutradara, awalnya ia mengira akan kerja di restoran, namun sial menimpanya, dirinya harus bekerja dalam industri seks gengs!

Banyak warga etnis Korea tinggal di daerah tersebut, Yanji merupakan tempat pusat perdagangan dan menjadi salah satu kota yang menjadi tempat persembunyian para pembelot Korea Utara. Karena tidak memiliki status hukum, maka para pembelot di China sangat rentan untuk di eksploitasi. Para pembelot yang berjenis kelamin perempuan ini biasa dijual dijadikan istri, dipaksa menjadi seorang pelacur atau industri kamera seks. Jahat bukan?

Saat Mira sampai di apartemen, si sutradara ini memberikan rincian pekerjaan yang harus ia kerjakan nantinya. Dia memasang anak baru dengan "mentor" yang akan berbagi kamar dengannya, jelas Mira akan berlatih. "Saya tidak bisa mempercayai itu, itu sangat memalukan bagi seorang perempuan, melepas pakaian didepan orang. Saat diriku menangis, mereka biasa menanyakan apakah saya menangis karena rindu dengan rumah?"

Situs kamera seks di Korea Selatan dengan Mira di sisi kiri

Situs ini sebagian besar digunakan oleh warga Korea Selatan. Mereka membayar setiap menit, jadi para wanita diharuskan menarik perhatian para pria ini selama mungkin. Setiap Mira merasa takut, pihak sutradara ini akan mengancam memulangkan mereka ke negara asalnya, yaitu Korea Utara. "Semua anggota keluarga saya kerja di pemerintahan, jika saya kembali saya hanya akan mempermalukan nama keluarga saya. Lebih baik saya menghilang seperti asap dan mati."

Suatu waktu ada 9 orang perempuan di apartemen tersebut. Teman sekamar Mira melarikan diri dengan perempuan lainnya, akhirnya Mira dipasangkan dengan perempuan yang lain, wanita ini bernama Jiyun, seorang pembelot perempuan di tahun 2010 yang saat itu masih berumur 16 tahun.

Keluarga jatuh miskin setelah perceraiannya saat dirinya berusia 2 tahun. Dirinya berhenti sekolah diumur 11 tahun, dirinya bekerja dan memutuskan pergi ke China dalam setahun demi mengumpulkan uang. Sama seperti Mira, dirinya juga tertipu karena perantaranya tidak memberi tahu akan memberikan pekerjaan kamera seks.

Sutradaranya mencoba untuk memulangkannya lagi ke Korea Utara karena dianggap "terlalu hitam dan jelek". Lantaran dia sudah pergi maka Jiyun tidak akan mau kembali. "Itu adalah pekerjaan yang sangat saya benci tapi saya sudah mempertaruhkan hidup saya ke China sehingga saya tidak bisa kembali hanya dengan tangan kosong."

"Mimpi diriku untuk memberikan nasi kepada kakek-nenek saya sebelum mereka meninggal. Itu kenapa saya bisa menanggung semuanya, saya ingin mengirim uang kepada keluarga."

Jiyun bekerja dengan keras dengan kepercayaan kalau sutradaranya akan memberikan uang untuk kerjanya itu. Juga dengan janji-janji kalau ia bisa menghubungi keluarganya, mengirim uangnya kepada keluarganya. Dalam sekejap dirinya berhasil menghasilkan uang lebih banyak daripada perempuan lainnya di rumah neraka itu.

Terkadang ia hanya tidur 4 jam saja sehari hanya demi mencapai target harian sebanyak $177. Dia sangat ingin mendapatkan uang demi keluarganya. Malah si Jiyun menghibur Mira untuk tidak memberontak, tapi cobalah untuk berunding dengan sang sutradara. Apartemennya itu dijaga ketat oleh keluar sutradara, ruang tamunya saja ditiduri oleh orang tuanya dan menaja pintu masuk terkunci dengan rapat.

Letak kota Yanji

Si sutradara akan memberi makan kepada para perempuan disana dan saudara lelaki akan datang setiap pagi untuk membersihkan sampah mereka, saudaranya ini tinggal dekat apartemen tersebut. Mereka diijinkan keluar setiap 6 bulan sekali atau saat penghasilan mereka mencapai target, sebulan sekali. Pada momen itu mereka pergi belanja atau salon rambut, tapi mereka tidak boleh berbicara dengan siapapun.

"Sutradara berjalan sangat dekat dengan kami layaknya pasangan, dia khawatir kalau kami akan kabur," ujar Mira. Jelas banget dong siapa yang tidak ingin kabur kalau bisa keluar rumah dalam 6 bulan sekali atau sebulan sekali saja. "Kami ingin jalan-jalan sesuai keinginan tapi tidak bisa. Kita tidak bisa berbicara dengan siapapun, bahkan membeli sebotol air saja saya merasa seperti orang bodoh."

Semua barang Jiyun saat lari dari apartemen

Sutradaranya menunjuk satu wanita Korea Utara di apartemen untuk menjadi seorang manajer dan mengawasi mereka ketika dia sedang pergi. Sutradara berjanji akan menikahkan dirinya dengan pria yang baik kalau bekerja dengan keras. Dia juga berjanji membiarkan Jiyun menghubungi keluarganya.

Saat Jiyun meminta untuk kebebasannya, sutradara bilang kalau dia harus menghasilkan $53.200 untuk membayar perjalanannya. Dia juga bilang ke Jiyun kalau dia juga tidak bisa membebaskannya karena tidak menemukan perantara. Mereka (Mira dan Jiyun) tidak pernah menerima uang yang mereka peroleh melalui pekerjaannya. Diawal sutradara setuju untuk memberi mereka 30% dari keuntungan dan mereka akan menerima ini ketika dibebaskan.

Tapi kapan mereka akan bebas? Mira dan Jiyun menjadi cemas karena sadar mungkin mereka tidak akan pernah bebas. "Bunuh diri bukan yang saya pikirkan, tapi saya pernah mencoba overdosis obat dan coba lompat dari jendela," ujar Jiyun.

Semua barang Mira saat kabur dari apartemen

Tahun demi tahun berlalu, 5 tahun untuk Mira dan 8 tahun untuk Jiyun. Delapan tahun loh gengs....
Akhirnya suatu hari ada seorang klien seks dari Mira, mereka kenal selama 3 tahun lamanya dan merasa kasihan terhadap dirinya. Dia menghubungkan mereka dengan pastor Chun Kwon, yang sering membantu para pembelot Korut selama 20 tahun.

Klien itu menginstall aplikasi pesan jarak jauh pada komputer Mira, jadi dia bisa melakukan komunikasi dengan pastor tersebut. Pastor yang bernama Chun Kiwon ini terkenal diantara para pembelot Korut. Televisi pemerintah Korea Utara sering menyerang dirinya, menyebut kalau dia itu penculik dan penipu, padahal tidak karena dia menolong banyak sekali pembelot.

Pastor Chun Kiwon

Dia memiliki yayasan amal Kristen pada tahun 1999 yang bernama Durihana, dia diperkirakan sudah membantu menyelamatkan 1.200 pembelot sejak itu. Dia menerima dua atau tiga permintaan dalam sebulan, baginya kasus Mira dan Jiyun sangat menyedihkan.

"Saya sudah melihat perempuan yang dipenjara selama tiga tahun, tapi saya belum pernah melihat kasus dimana mereka dikurung selama ini. Itu benar-benar menghancurkan hati saya."

Chun mengklaim kalau perdagangan pembelot wanita sudah lebih terorganisir dan bahwa beberapa tentara Korea Utara yang menjaga perbatasan pun ikut terlibat juga. Perdangan ini kadang disebut sebagai "perdagangan babi Korea" oleh penduduk setempat yang tinggal di wilayah perbatasan China. Harga dari perempuannya bisa dari ratusan hingga ribuan dollar AS. Ckck manusia yang ingin hidup bebas malah diperjual belikan dan dianggap babi, sedih gengs bacanya.

Walau statistik resmi sulit diperoleh, tapi PBB sudah menyatakan kekhawatiran mereka akan tingginya tingkat perdagangan wanita Korea Utara. Laporan perdagangan manusia tahunan yang dikeluarkan oleh kementrian luar negri AS sudah menetapkan Korea Utara sebagai salah satu negara dengan perdagangan manusia terburuk.

Jiyun di sisi Kiri dan Pastor Chun di kanan

Dalam sebulan, Chun berhubungan dengan Mira dan Jiyun di situs kamera menyamar sebagai klien. Dengan begitu mereka bisa berpura-pura sedang bekerja sambil merencanakan pelariannya. "Biasanya para pembelot yang dipenjara tidak akan tahu lokasi mereka karena dibawa ke apartemen dengan mata tertutup atau pada saat malam hari. Untungnya mereka (Mira dan Jiyun) tahu kalau mereka berada di Yanji dan mereka bisa melihat papan tanda hotel diluar," ujar Chun.

Mengetahui lokasi pasti mereka dari Google Maps, Chun bisa mengirim sukarelawan dari organisasinya Durihana untuk memeriksa apartemen sebelum mereka melarikan diri. Keluar dari China sangat berbahaya bagi pembelot manapun. Sebagian besar ingin masuk ke negara ketiga dan ke kedutaan Korea Selatan, dimana mereka akan diberikan sebuah penerbangan kembali ke Korea Selatan dan suaka. Tapi berpergian melintasi China tanpa kartu identitas sangat berbahaya.

Dari lantai 3 blok apartemen di kota Yanji, China, mereka melemparkan seprai mereka yang diikat dan keluar dari jendela. Ketika mereka menarik seprai, sebuah tali sudah dikaitkan di kain. Mereka memanjat keluar jendela dan mulai turun.

"Cepat, kita tidak punya banyak waktu," desak penyelamat mereka. Turun hingga ke tanah, berbalik dan mereka lari ke alat pengangkut manusia yang sedang menunggu, tapi mereka belum keluar dari bahaya yang selanjutnya.

Rute utama para pembelot yang melarikan diri dari Korea Utara dan mencari suaka di Korea Selatan

Kenapa ke Korea Selatan dan kenapa tidak langsung kesana saja? Karena disana ada tempat perlindungan yang aman di Korea Selatan tapi area perbatasan Korea Utara dan Selatan dijaga dengan sangat amat ketat, juga dipenuhi dengan ranjau-ranjau, jadi hampir mustahil bagi para pembelot melarikan diri menyebrangi area perbatasan secara langsung.

"Di masa lalu pembelot bisa lolos dengan berpergian dengan kartu identitas palsu. Sekarang petugas membawa perangkat elektronik yang bisa mengetahui apakah itu palsu atau asli," ujar Chun. Setelah melarikan diri dari apartemen, Jiyun dan Mira memulai perjalanan yang sangat panjang, mereka melintasi China dengan bantuan sukarelawan Durihana. Tanpa kartu identitas apapun, mereka tidak bisa mengambil resiko mendaftar ke hotel maupun hostel dan terpaksa tidur di kereta atau tidak tidur di restoran-restoran.

Pada hari terakhir perjalanan mereka di China, setelah mendaki gunung selama 5 jam, mereka melintasi perbatasan dan masuk ke negara tetangga. Rute serta negara yang mereka lalui tidak bisa mereka sebutkan namanya. 12 hari setelah kabur dari apartemen, Mira dan Jiyun akhirnya bertemu dengan Chun untuk pertama kalinya.

Tangan Jiyun yang lecet karena mendaki gunung selama 5 jam

"Aku kira aku akan benar-benar aman ketika aku menerima kewarganegaraan di Korea Selatan. Tapi bertemu dengan pastor Chun saja bisa membuat aku merasa aman, aku menangis ketika berpikir kalau aku telah menemukan kebebasan," kata Jiyun.

Bersama-sama mereka melakukan perjalanan kembali dengan mobil selama 27 jam ke kedutaan Korea Selatan terdekat. Chun mengatakan beberapa warga Korut merasa bagian akhir dari perjalanan mereka sulit untuk dilewati, karena mereka tidak biasa melakukan perjalanan dengan mobil.

Kedutaan Besar Republik Korea

"Para pembelot sering mabuk dan kadang-kadang pingsan setelah muntah begitu banyak. Itu adalah jalan neraka yang dilalui oleh mereka yang mencari surga."

Tepat sebelum tiba di kedutaan, Mira tersenyum dan mengatakan kalau dia merasa ingin menangis. "Aku merasa seperti sudah keluar dar neraka," kata Jiyun. Melalui banyak perasaan, aku mungkin tidak akan pernah melihat keluargaku lagi kalau saya pergi ke Korea Selatan dan aku merasa bersalah. Itu bukan niat saya ketika pergi."

Bersama-sama mereka memasuki gerbang kedutaan, beberapa detik kemudian hanya Chun yang kembali. Tanda kalau pekerjaannya sudah selesai. Mereka langsung diterbangkan ke Korea Selatan, dimana mereka akan menjalani proses penyaringan ketat oleh badan intelijen nasional untuk memastikan kalau mereka itu bukan mata-mata.

Kemudian mereka menghabiskan 3 bulan di pusat pemukiman Hanawon, mereka diajarkan keterampilan praktis untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan mereka yang baru di Korea Selatan. Para pembelot ini belajar bagaimana cara berbelanja bahan makanan dan menggunakan smartphone. Mereka juga diajarkan prinsip ekonomi pasar bebas dan menerima pelatihan kerja.

Mereka juga bisa melakukan konseling. Lalu akan menjadi warga negara resmi di Korea Selatan. "Aku mau belajar bahasa Inggris dan Mandarin. Jadi aku bisa menjadi pemandu wisata," kata Mira saat ditanya tentang mimpinya di Korea Selatan.

"Aku ingin hidup normal, minum kopi di kafe dan mengobrol dengan teman-temannya," ujar Jiyun.

"Someone ever said to me that rain will stop someday, but for me, the rain lasted for so long so I forgot there's a sun."

Mira (kiri) dan Jiyun (kanan)

Bagaimana gengs? Indah bukan tinggal di Indonesia?

SUMBER BERASAL DARI BBC DAN BISA CEK DISINI